Konsultasi Online Gratis

Rubrik konsultasi gratis psikiatri/psikologi ini saya buka kembali terhitung sejak hari ini. Silahkan kirimkan pertanyaan Anda ke dr.fransiska@gmail.com

Untuk mendapatkan informasi dan membaca artikel kesehatan jiwa lainnya, Anda dapat mengunjungi kumpulan artikel saya lainnya di sini.

52 comments

  1. salam kenal dok, saya anggi di yogya,,
    saya pengidap social phobia dok, saya pernah ke psikiater dan dikasih obat penenang, namun setelah obat habis saya belum konsul lagi karena saya takut ketergantungan.

    saya ingin bertanya tentang beta blocker seperti propanolol, saya pernah baca bahwa selain obat hipertensi, obat itu juga dapat membantu dalam situasi cemas sebelum tampil, seperti berbicara didepan banyak orang. bolehkah saya menggunakan propanolol hanya pada saat2 tertentu seperti itu saja ? kalo memang boleh, berapa dosis yang harus saya gunakan sekali minum ? karena katanya obat itu bisa dibeli bebas tanpa resep, tidak seperti obat penenang.

    saya bukan penderita hipertensi, namun denyut jantung saya memang cenderung cepat, saat phobia saya kumat bisa lebih dari 120 denyut permenit, karena itu saya sering jadi sesak nafas.

    terima kasih banyak sebelumnya dok,,

    1. Dear Mba Anggi,

      Terima kasih atas pertanyaannya. Mohon maaf sekali karena saya baru balas sekarang. Penggunaan obat beta blocker tentu boleh selama indikasinya tepat. Tapi saya sangat tidak menyarankan bila digunakan dan diatur sendiri dosisnya. Supervisi oleh dokter tetap diperlukan, apapun jenis obatnya mengingat segi farmako dinamik dan farmako kinetik obat dalam tubuh termasuk juga interaksi obat dan efek sampingnya. Mohon maaf, saya tidak dapat mencantumkan dosis di blog ini mengingat hal tersebut akan bertentangan dengan kode etik kedokteran.
      Saran saya pergilah kembali ke psikiater mba dan konsultasikan mengenai keinginan menggunakan beta blocker untuk menangani fobia sosial. Pilihan terapi sendiri adalah hak pasien juga yang tentunya mendukung kesuksesan terapi.

      Semoga jawaban ini membantu.

      Salam,

      dr.Irma

  2. Dokter, saya punya pertanyaan seputar pendidikan psikologi di Indonesia. Saya lulusan salah satu college di Amerika dengan gelar Bachelor of Arts in Psychology. Saya berencana melanjutkan studi saya untuk mendapatkan gelar Master of Arts di bidang Clinical Psychology di Amerika dan hopefully, bisa melanjutkan sampai gelar PhD di negara yang sama. Masalahnya, saya berencana untuk membuka semacam sekolah sekaligus klinik untuk children with disabilities seperti autism di Indonesia setelah lulus nanti. Baru-baru ini saya mendengar bahwa lulusan Amerika tidak bisa mendapatkan license untuk membuka praktek sebagai Psychologist di Indonesia. Apa benar? Jika iya, apa yang bisa saya lakukan supaya bisa mendapatkan license tersebut? Apa ada option lain yang bisa saya lakukan tanpa mengorbankan gelar M.A atau PhD dan license untuk bisa jadi psychologist di Indonesia? Tolong saya dok, saya benar-benar bingung dan hampir putus asa kalau tidak bisa pulang Indonesia lagi karena gelar saya tidak diakui disini..Terimakasih perhatiannya.

    1. Dear Lost and Hopeless,

      Mohon maaf saya tidak dapat menjawab pertanyaan Anda mengingat saya tidak memahami regulasi peraturan untuk praktek di bidang psikologi. Mohon mengirimkan email pribadi Anda ke email saya di dr.fransiska@gmail.com. Akan saya forwardkan email Anda pada seorang kenalan saya yang saat ini sedang studi PhD psikologi dari salah satu universitas di LN. Mungkin beliau dapat membantu menjawab.

      Salam,

      dr.Irma

  3. Dear Ibu Sonia,

    ada beberapa golongan obat yang diduga dapat mencetuskan delirium terutama pada kelompok lansia. Salah satunya golongan antibiotik yang tergolong dalam golongan Fluoroquinolones, ciprofloxacin adalah salah satu antibiotik yang termasuk dalam golongan fluoroquinolon tersebut. Golongan antibiotik yang diduga dapat mencetuskan lainnya adalah cephalosporin, penicilin, macrolid, sulfonamid, aminoglikosida, amphotericin-B. Cefadroxil sendiri tergolong ke dalam golongan obat cephalosporin Meskipun obat-obat antibiotik tadi diduga terkait dengan delirium namun hingga saat ini belum terlalu jelas mekanisme terjadinya sehingga digolongkan sebagai low-risk medication terkait delirium. Hal ini karena pada kelompok usia muda, lebih jarang terjadi kasusnya dibandingkan kelompok lansia.

    Delirium sendiri terjadi karena perubahan keseimbangan neurotransmitter di otak. Dapat meliputi dopamin, serotonin, acetilkolin, hingga GABA. Jadi sebetulnya terutama obat-obat yang memanipulasi sistem saraf pusat lah yang dapat mencetuskan delirium. Misalnya obat hipnotik sedatif yang sering diberikan di rumah sakit untuk membantu tidur atau mengurangi kecemasan.

    Saran saya coba diskusikan kembali pada dokter yang merawat ayah Ibu, terutama mengenai pemilihan obat. Meskipun memang ada obat-obat yang dapat mencetuskan delirium namun pada kondisi ayah Ibu kemungkinan besar delirium dicetuskan oleh kondisi hiperglikemik dan mengingat faktor usia, maka kemudian delirium lebih lama pulihnya. Dan mengingat saat ini ayah Ibu sedang dirawat di RS, kemungkinan menderita infeksi dapat menjadi lebih besar.

    Tanyakanlah pada dokter ayah Ibu, kepentingan pemberian obat-obat yang diberikan. Saya rasa dokter yang merawat tentu lebih mengerti mengenai tatalaksana terbaik bagi pasien. Terkadang meskipun ada risiko efek samping pada pemberian suatu obat, dokter tetap perlu memberikannya karena memang situasinya sangat perlu atau tidak ada obat pengganti yang efek samping lebih minimal atau kalaupun efek terapinya ternyata lebih rendah. Dalam pemberian setiap obat, umumnya dokter pasti akan mempertimbangkan faktor risk and benefit pada pasien tersebut.

    Semoga membantu.

    Salam,

    dr.Irma

  4. dok maaf ada yg saya lupa tanyakan, sbenarnya bberapa hr yg lalu ayah smpat sudah beratensi penuh, tetapi karena agak batuk dokter kami mresepkan ciprofloxacin. dari beberapa jurnal medis yg saya baca ada yg mnyebutkan obat ini memicu/memperparah delirium. apakah itu benar? sekarang obatny diganti cefadroxyl, apakah efek sampingnya sama?

  5. Dear Ibu Sonia, delirium adalah kondisi di mana status mental seseorang berubah dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh suatu kondisi organik tertentu. Yang saya maksud dengan kondisi organik adalah masalah fisik kesehatan, pada kasus ayah ibu hal ini berupa kondisi hiperglikemik. Kondisi delirium dapat menyebabkan berbagai bentuk tampilan gejala psikiatri, misalnya dapat timbul halusinasi yang biasanya bentuknya halusinasi visual (lihat), perubahan fungsi kognitif yang khas ditandai dengan kesulitan memusatkan, mempertahankan, dan mengalihkan perhatian serta sering timbul disorientasi waktu dan tempat, lebih jarang disorientasi orang. Tampilan klinis yang terutama terlihat adalah meracau dan dapat timbul sikap bingung pada pasien. Biasanya pasien akan kacau pada malam hari dan lebih baik pada saat pagi hari. Keluarga pasien saya biasanya akan mengatakan “kalau siang nyambung dok, tapi kalau malam jadi kacau lagi”. Hal ini terkait dengan irama sikardian dari tubuh. Semoga sekelumit info tentang delirium tersebut cukup dapat menjelaskan.

    1. Apakah delirium dapat pulih? Delirium pasti pulih bila mana kondisi organiknya teratasi, karena gangguan ini sifatnya sementara. Namun memang pada lansia biasanya kondisi delirium dapat memanjang meskipun kondisi organik sudah teratasi. Selama masih delirium, sangat penting tetap dirawat di RS dan dibawah pengawasan dokter.

    2. Pulihnya berapa lama, saya tidak dapat memastikan. Namun beberapa dapat menetap hingga 2 minggu sampai 1 bulan lamanya meski kondisi organiknya sendiri sudah oke. Apalagi bilamana sebelumnya sudah ada riwayat pikun atau demensia.

    Jadi apa yang harus dilakukan keluarga:
    1. Usahakan minimalisir stimulus di sekitar ayah Ibu. Yang saya maksud dgn stimulus adalah suara, keramaian, dsb. Stimulus yang terlalu banyak dapat menyebabkan delirium semakin memanjang.

    2. Bila mana ada gangguan orientasi maka lakukan reorientasi. Ketika ayah terlihat kontaknya cukup baik saat diajak bicara, ingatkan soal sedang ada di mana, hari apa, pagi atau malam, dsb.

    3. Sangat tidak disarankan untuk berganti-ganti ruangan. Pindah-pindah ruangan dapat menyebabkan kondisi kebingungan semakin bertambah parah.

    Semoga jawaban saya membantu.

    Salam,

    dr.Irma

    1. terima kasih banyak dok..respon dokter yg cepat dan detil sangat membantu kami sbg awam. skli lg trimakasih..

  6. dok, saya sonia dari jkt. ayah saya (64) 2 minggu lalu smpat hilang ksdaran akibat hiperglikemia. setelah sadar (hampir 48 jam kmudian) beliau masuk fase yg mnurut dokter kami dsebut delirium yaitu meracau, perhatian rendah, malas2an, kata2 trtukar2 dsb. doktr kami tidak (atau tidak mau) menjelaskan apa yg harusnya kami sbg keluarga lakukan. pertanyaan saya, apakah delirium ini bs pulih? skarang kadar gula sudah normal ttapi meracau nya masih sering muncul sehingga kami bingung. Sampai brp lama ini brlangsung? trima kasih

  7. Dear Ms.Lee,

    Terima kasih atas pertanyaannya. Membaca cerita mengenai kekasih Ms.Lee saya merasa ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kondisi tersebut:
    1. Gangguan bipolar, pada penderita gangguan mood bipolar tipe campuran dapat terjadi mood yang berubah-ubah dari waktu ke waktu. Apa bila tipenya adalah rapid cycling maka kondisi moodnya tidak bertahan menetap utk jangka waktu lama namun justru berubah-ubah secara cepat sekali dari waktu ke waktu.

    2.Basicnya sebenarnya adalah depresi. Pada pria dewasa muda, depresi sering muncul justru bukan dalam bentuk rasa sedih berkepanjangan melainkan dalam bentuk perasaan marah dan emosional. Perasaan depresi ini justru sangat mengganggu dan diatasi dengan mencoba mengobati diri sendiri. Biasanya kemudian dengan minum obat-obat tergolong NAPZA.

    3. ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) atau gangguan pemusata perhatian dan hiperaktivitas. Orang-orang dengan ADHD ini sulit konsentrasi, sangat mudah bosan, cepat berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain, dan banyak sekali ang disertai dengan gangguan mood ntah depresi atau gejala menyerupai gangguan bipolar. ADHD merupakan gangguan menetap yang pada beberapa kasus dapat terus berlanjut hingga usia dewasa.

    Ke-3 gangguan di atas dapat menyebabkan seseorang melakukan self medication (mengobati diri sendiri), umumnya menjadi penggunan NAPZA. Yang depresi cenderung menjadi pengguna golongan stimulan seperti ecstasy dan heroin. Sementara gangguan seperti ADHD biasanya akan mencari obat-obat yang menenangkan. NAPZA jenis apapun itu pada nyatanya akan mengganggu keseimbangan sistem neurotransmitter di otak dan suatu saat akan menyebabkan kerusakan pada otak dan sistem regulasinya.

    Saya sangat menyarankan agar kekasih Ms.Lee segera mencari pertolongan pada psikiater terdekat. Hal ini perlu selain untuk menangani kondisi depresi yang sudah cukup berat saat ini, kekasih Ms.Lee juga perlu mendapatkan terapi yang benar. Terapi yang benar dan tepat tentu baru didapatkan bila mana diagnosis ditegakan secara benar. Selain itu terapi kemudian nantinya perlu dilanjutkan dengan psikoterapi dengan fokus terutama memperbaiki mekanisme coping (mekanisme adaptasi terhadap masalah). Semoga jawaban saya membantu.

    Salam,

    dr.Irma

  8. Dear Bu dokter Irma, saya senang sekali menemukan blog ibu.

    Saya punya seorang kekasih Bu, kami menjalin hubungan dari bangku SMA. Dulu sewaktu sekolah dia selalu pindah2 sekolah, tiap masuk sekolah baru, dia hanya datang 2 atau 3 hari, setelah itu selalu drop-out hingga belasan kali. Dia juga memakai ganja dan ikut judi bola hingga rugi mengakibatkan hutang berjuta-juta.
    Awalnya saya dan keluarganya mengira dia learning disorder, krn dia sama sekali tdk bodoh, bahkan IQ-nya sgt tinggi dok. Walaupun sudah mencoba ke semua sekolah dgn berbagai sistem belajar tetap masih spt itu.
    Dia orang yg disenangi dan pandai bergaul, tapi terkadang dia menjauhi sosial dok. Dia spt memiliki dua kepribadian. Kadang dia humoris, romantis, sgt perhatian pada saya dan keluarganya, rajin beribadah, selalu bersemangat, sgt cerewet, dan nafsu makan. Tapi kadang dia menjadi pemarah, tdk makan, tidur berhari-hari, acuh tak acuh, menutup diri dan enggan berkomunikasi sekalipun dgn kami org terdekatnya, malah dia pernah bercerita kalau dia tak ada gunanya hidup dan ingin bunuh diri. Kondisi spt ini sudah terjadi bertahun2, jangka waktu perubahannya kadang dlm hitungan hari atau minggu. Tapi skrg sudah 2bulan dia depresi dok.

    Setelah saya membaca tulisan dokter ttg Bipolar, apa mungkin ada kemungkinan dia menderita penyakit tsb dok? Menurut yang saya baca dr berbagai sumber bipolar bisa makin parah antara usia 16-25 dok, saya takut kalau dia memang menderita penyakit ini atau mungkin penyakit jiwa lainnya dan tdk segera diobati, malah makin parah dan buruk akibat ke depannya dok. Mohon sarannya dok terimakasih 🙂

  9. dear dokter irma,

    saya ingin bertanya :

    1.apakah wajar dalam hubungan pacaran memiliki panggilan sayang (papah dan bunda)

    2. apakah salah dalam berpacaran pihak wanita terlalu mendominasi dalam berpakaian ( saya harus dituntu selalu rapi dalam bekerja atau jalan) sedangkan saya sendiri tipe pria yang cuek dan sedikit berantakan. apakah saya salah jdi diri sendiri dengan pakaian yg nyaman menurut saya ?

    3. kenapa akhir2 ini saya sering ribut dengan pacar karena hal kecil (pacaran 3th) ? sebelumnya tidak pernah ribut

    1. Dear Yudha, terima kasih pertanyaannya.

      1. Saling memanggil dengan panggilan sayang adalah hal yang sering terjadi dalam suatu hubungan emosional yang dekat. Baik itu berpacaran ataupun pernikahan. Sebagian orang membutuhkan panggilan sayang untuk membedakan hubungan emosional ini dengan hubungan yang dianggap biasa. Namun kembali pada pasangan apakah nyaman atau tidak menggunakan panggilan sayang ini.

      2. Kembali saya tidak dapat menjawab apakah salah atau tidak. Hal ini dikembalikan pada gaya berpacaran dan kepribadian ke-2 belah pihak. Orang-orang yang dependen misalnya akan lebih senang bila pasangannya mengatur segala sesuatu tentang dirinya termasuk misalnya gaya berpakaian. Namun ada sebagian orang yang justru merasa terbebani dan tidak nyaman dengan hal ini. Saran saya bila mana Yudha merasa tidak atau kurang nyaman, sebaiknya coba bicarakan dengan pasangan secara terbuka.

      3.Sering ribut bisa disebabkan oleh banyak hal tapi yang kerap terjadi pada suatu relasi adalah karena kekurangterbukaan antar pasangan. Umumnya pasangan berusaha menekan segala macam perbedaan di awal hubungan untuk menjaga kelanggengan namun bila mana hal ini tidak dibicarakan dan coba dikompromikan bersama maka suatu saat justru konflik ini dapat naik ke permukaan dan akhirnya menyebabkan sikap sering ribut tersebut. Hal-hal yang tadinya kecil, karena terlalu banyak yang ditekan akhirnya dipersepsikan sebagai sesuatu yang sangat menyinggung dan besar.

      Semoga jawaban saya membantu.

      Salam,

      dr.Irma

  10. Salam sehat Bu dokter Fransiska !

    Bu dokter, di kantor saya seluruh karyawan merasakan hal yang sama terhadap salah seorang anggota direksi yang rupa-rupanya ternyata juga tidak disukai di tempat kerjanya yang dulu. Beliau dianggap “cowboy” karena senang membuat suatu proyek yang tidak fokus, misalnya ia merencanakan proyek A tapi tidak pernah tuntas lalu tidak jadi dan bikin proyek B. Proyek B juga tidak jadi lalu pindah proyek C, begitu seterusnya dimana seluruh proyek tersebut sudah memakan biaya perusahaan yang tidak sedikit. Selain itu beliau sangat gemar membuat orang lain merasa sakit hati dengan mengatakan kata-kata yang tidak pantas dikatakan oleh seorang pimpinan dan mengatakan di depan orang banyak. Dia juga tidak peduli apakah anggota komisaris ataupun pemegang saham sekalipun suka dengan perkataan dia atau tidak, dan ia sudah membuat salah satu pemegang saham merasa sakit hati karena perkataan yang tidak pantas diucapkan, akibatnya perusahaan kami menanggung akibatnya.
    Pertanyaan saya adalah sebagai berikut :
    1. Adakah nama penyakit jiwa seperti ini?
    2. Di Indonesia, apakah pemilihan calon anggota Direksi (apalagi BUMN dan anak BUMN/atau anggota holding) sudah mengikutsertakan tidak hanya fit and proper test dari segi kepemimpinan, tetapi juga dari segi kesehatan jiwa? Saya melihatnya sangat perlu.

    Demikian, mohon pencerahannya.

    Terima kasih.

    1. Dear Pak Heinrich, maaf baru sempat balas pertanyaannya.
      1. Kalau melihat deskripsi bapak, saya lebih cenderung mengatakan bahwa direksi yang bapak maksud memiliki suatu ciri kepribadian tertentu (axis II psikiatri), namun bukan tergolong dalam gangguan jiwa (axis I psikiatri). Dan itu pun untuk memastikannya harus dilakukan suatu pemeriksaan psikiatri yang benar. Karena hampir tidak mungkin melakukan diagnosis psikiatri berdasarkan deskripsi singkat di atas.

      2. Untuk pemilihan caleg, anggota beberapa lembaga pemerintahan, penilaian kondisi psikiatri sudah dilakukan Pak namun masih sebatas pemeriksaan sederhana dan bukan wawancara mendalam. Sementara untuk pemilihan calon direksi BUMN saya tidak terlalu tahu kebijakannya seperti apa namun sepertinya belum ada kebijakan yang mengatur pelibatan psikiater untuk melakukan pemeriksaan dalam fit and proper test.

      Salam,

      dr.Irma

Leave a reply to Fransiska Irma Cancel reply